Pernikahan dalam Islam hanya membolehkan seorang wanita memiliki hanya 1 Suami. Bukan 100 Suami. Kalau lebih dari 1 suami pada saat yang sama, itu pelacuran.Zina!Selain itu ada masa Iddah selama 3 bulan. Setelah cerai dari suami pertama, tunggu dulu 3 bulan baru bisa nikah dgn pria lain. Jika hamil, tunggu hingga bayinya lahir. Ini untuk memastikan siapa ayah si bayi.Nah kalau dgn 100 suami, paling tidak ada 300 bulan / 27 tahun masa iddah. Padahal perang Suriah baru 3 tahun.
Nabi perang tidak lebih dari 3 bulan. Sementara Khalifah Umar ra membatasi seorang prajurit perang tak lebih dari 4 bulan setelah mendengar keluhan istri seorang prajurit.Benar-tidak benar, dengan berita yang menyebar ke mana2, Jihad Sex ini harus diluruskan. Harus ditegaskan ini bukan ajaran Islam.Perang Suriah bikin malu Islam saja.
Selain kebiadaban makan manusia, ada juga “Jihad Sex” di mana seorang wanita melayani 20, 30, bahkan 100 Pejuang Suriah. Mendagri Tunisa, Lotfi ben Jeddou menyatakan bahwa banyak wanita Tunisia yang hamil saat pulang dari Suriah.
Nikah kontrak Mut’ah dan Misyar di mana seorang wanita berpasangan dgn 1 pria saja sudah kontroversial.
Bagaimana dgn 1 wanita melayani 100 pria? Pakai masa Iddah tidak? Rasanya dgn masa Iddah 3 bulan, untuk 100 pria saja sudah perlu 300 bulan atau 27 tahun. Jelas “Jihad Sex” ini sudah melanggar hukum Islam. Mudah2an kita terhindar dari fitnah ini.
Kalau jihad sex ini lebih parah dari nikah mut’ah. Kalau nikah mut’ah 1 wanita melayani 1 pria dan tetap ada iddah 3 bulan. Nah Jihad sex ini 1 wanita bisa melayani 100 pria. Artinya tidak pakai Iddah lagi.Ini sudah pelacuran dgn kedok agama.
Perang zaman Nabi itu paling lama 3 bulan. Khalifah Umar ra membatasi perang paling lama 4 bulan. Lebih dari itu, seorang prajurit diganti. Nah ini 3 tahun tidak diganti2 Nikah Mut’ah meski menurut Sunni haram dan Nabi akhirnya mengharamkannya, namun sempat dibolehkan. Tapi kalau Jihad sex di mana 1 wanita melayani 100 pria, itu tidak pernah ada di AL Qur’an dan Hadist. Sahih Muslim:
وَ عَنْهُ قَالَ : أَََمَرَناَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم باِلْمُتْعَةِ عَامَ اْلفَتْحِ حِيْنَ دَخَلْنَا مَكَّةَ ثُمَّ لَمْ نَخْرُجْ حَتَّى نَهَاناَ عَنْهَا
Dari beliau, juga berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mut’ah pada masa penaklukan kota Mekkah, ketika kami memasuki Mekkah. Belum kami keluar, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkannya atas kami”.
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ اْلَأكْوَع ِرضى الله عنه قَالَ: رَخَّصَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَامَ أَوْطاَس فِي اْلمُتْعَةِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ثُمَّ نَهَى عَنْهَا
Dari Salamah bin Akwa`Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan keringanan dalam mut’ah selama tiga hari pada masa perang Awthas (juga dikenal dengan perang Hunain), kemudian beliau melarang kami”
Pemberontak Suriah menyatakan bahwa berita Jihad Sex tidak benar dengan mengatakan bahwa foto Mujahidin Sex Tunisia itu ternyata Mujahidin Suriah.
Ada yg hoax seperti foto Ummu Ja’far mujahidin Suriah yg disebut sbg Mujahidin sex Tunisia dan Fatwa Jihad Sex dari Al Arifi. Tapi ada juga kebenaran seperti pernyataan Mendagri Tunisia Lotfi Ben Jeddou, Mantan Mufti Tunisia Syeikh Othman Battikh yg videonya ada di atas dsb. Yg jelas karena dimuat di Media bergengsi Dunia macam AFP, Time, The Telegraph, Al Arabiya, Gulf News, Detik, dsb, ya harus diluruskan demi ISLAM. Bukan firqoh/golongan.
Meski demikian, berita Jihad Sex dari Tunisia (terlepas foto yang dipakai sebagian Media ternyata tidak benar) ada di berbagai Media Massa yg berbeda. Detik.com, Merdeka, AFP, Time, Gulf News, The Telegraph, Daily Mail, bahkan Al Arabiya. Apa mereka Media Syi’ah semua? Bohong semua? Dari Lebanon, Tunisia, Indonesia, Inggris, dsb. Ibarat Hadits itu Mutawattir. Tak mungkin mereka semua sepakat bohong.
Jihad seks, mereka menyebutnya Jihad Al-Nikah, kini menjadi perbincangan hangat di Tunisia. Koran Tunisia melaporkan bahwa seorang pria muda Tunisia menceraikan istrinya setelah sang istri ketahuan menyeberang ke negara itu untuk bergabung dengan wanita lainnya menghibur pejuang oposisi Suriah.
Ulama setempat, Noureddine Al- Khadimi, menolak fatwa jihad ini. Ia mendesak warga Tunisia dan lembaga negara untuk tidak menanggapinya.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar