Menu

    Keterbatasan fisik bukan halangan untuk terus berprestasi. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Siti Nur Lathifah, seorang mahasiswi disabilitas asal Universitas Brawijaya (UB) Malang. Gadis belia yang akrab disapa Ifa ini terus berusaha dalam menggapai semua impiannya, Ngalamers.
    Sejak usia tujuh tahun, Ifa kehilangan pendengarannya karena terjatuh saat bermain sepeda. Dara cantik ini pun mulai mempelajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi sejak saat itu.

    Semula, bungsu dari empat bersaudara ini merasa minder dengan keterbatasannya. Namun, motivasi dari sang Ibunda dan orang terdekatnya membuat Ifa bangkit dan tak patah semangat dalam mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang desainer terkemuka. "Dulu saya minder dan pemalu. Tapi ibu memberi semangat untuk berani sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang," ujarnya selepas acara Silaturahmi Nasional Bidikmisi 2014, di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (27/2/2014).

    Ada semangat luar biasa yang dimiliki dara berkulit putih dengan tinggi 166 cm ini. Gadis yang lahir 16 April 1994 ini sangat berbakat, bahkan beberapa kali menjuarai lomba baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal itulah yang nampaknya sukses mengantarkan Ifa menjadi mahasiswa di jurusan Seni Rupa UB sekaligus mendapatkan beasiswa bidikmisi, Ngalamers. "Senang sekali dapat bantuan sehingga bisa meningkatkan prestasi. Saya memang suka menggambar dan membuat kerajinan tangan makanya pilih jurusan Seni Rupa. Apalagi di UB ada pusat studi dan layanan disabilitas (PSLD)," katanya.

    Dalam kesehariannya di kampus, putri pasangan Munawaron dan Mulyono ini didampingi oleh pemandu yang juga mahasiswi UB. Dengan demikian, ia bisa memahami materi yang diberikan oleh dosen ketika belajar di kelas, Ngalamers. "Awalnya saya sempat susah komunikasi dengan teman-teman lainnya karena tidak ada yang mengerti bahasa isyarat dan saya tidak bisa mengerti apa yang mereka sampaikan. Tapi sekarang sudah terbiasa karena teman-teman pun belajar untuk mengerti dan menggunakan bahasa isyarat juga," ujar mahasiswi yang kerap menjadi model itu.

    Ifa berharap, kedepannya akan semakin banyak kampus yang memiliki PSLD seperti UB. Sehingga para penyandang disabilitas lainnya juga bisa merasakan kesempatan yang sama untuk bisa mengenyam bangku perguruan tinggi, Ngalamers. Ia juga berpesan agar teman-teman disabilitas lainnya tak patah semangat untuk mengejar impiannya. Sebab keterbatasan bukanlah halangan untuk terus berkarya. "Penyandang disabilitas harus bersyukur. Harus yakin ada kelebihan di balik kekurangan. Jangan biarkan kekurangan memutuskan harapan dan impian kita," ujarnya seraya tersenyum.

    Sekedari diketahui, sejak kecil Ifa sering menorehkan prestasi yang membanggakan. Ia pernah menyabet Juara 3 dalam Kejuaraan Nasional Festival dan Lomba Siswa Nasional di Nusa Tenggara Barat dan mengalahkan 33 finalis lainnya dari seluruh Indonesia. Ifa juga pernah berhasil menjuarai berbagai lomba kecantikan dan dipercaya sebagai model busana muslim online di Semarang, Jawa Tengah.
    Sumber

    1 komentar:

    1. Masya Allah ifa, terharu saya baca curhatan kamu di atas, semoga kesuksesan menyertai ifa,saya dan juga yg punya blog :72bidadari ini. terimakasih gan telah membagikan informasinya.

      BalasHapus

     
    Top